Cari Blog Ini

Sabtu, 23 April 2011

Makalah Rasa Malu






                                                                Rasa Malu



BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Latar belakang saya mengangkat judul ini karena saya merasa manusia sekarang sudah jarang yang memiliki rasa malu contohnya dalam kehidupan sehari- hari kita kita sering menyaksikan manusia yang sudah tidak lagi memiliki rasa malu bila melanggar hati nurani dan aturan hidup.cobalah anda lihat dan baca melalui media masa.tidak sedikit manusia yang dengan bebasnya melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hati nurani dan norma masyarakat yang berlaku.dari mulai  mereka berpakaian,bersikap dan bertingkah laku.contohnya dari segi berpakaian,mereka berpakaian dengan semau mereka,pakaian mereka terbuka dan memakai pakaian yang minim supaya mereka keliatan seksi seperti para model luar negri dan para selebrity dan mereka sudah tidak malu lagi mengumbar aurat mereka padahal dengan seperti itu kita lihat dari sisi negatifnya bukannya hanya menambah masalah saja.
Jadi sebagai Orang tua dan para pendidik juga ikut berkewajiban untuk menanamkan rasa malu secara sungguh-sungguh.Untuk itu, hendaknya mereka menggunakan berbagai metode pendidikan yang baik, seperti mengawasi perilaku anak-anak dan segera meluruskan jika melihat perbuatan yang bertentangan dengan rasa malu, memilihkan teman bermain yang baik, memilihkan buku-buku yang bermanfaat, menjauhkan dari berbagai tontonan yang merusak, dan menjauhkan dari omongan yang tidak baik.


BAB II
PEMBAHASAN


A.     Pengertian rasa malu
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.’”
Perintah tersebut mengandung arti peringatan dan ancaman
Maksudnya, jika engkau tidak punya rasa malu, maka berbuatlah apa saja sesukamu karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan yang setimpal dengan perbuatanmu itu, baik di dunia maupun di akhirat atau kedua-duanya.
Perintah tersebut mengandung arti penjelasan.
Maksudnya, barangsiapa tidak memiliki rasa malu, maka ia berbuat apa saja yang ia inginkan, karena sesuatu yang menghalangi seseorang untuk berbuat buruk adalah rasa malu. Jadi, orang yang tidak malu akan larut dalam perbuatan keji dan mungkar, serta perbuatan-perbuatan yang dijauhi orang-orang yang mempunyai rasa malu.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa arti malu itu adalah satu perasaan negatif,tidak enak hati dan rendah diri yang timbul dalam diri seseorang akibat daripada kesadaran diri mengenai perlakuan tidak senonoh atau tidak sesuai dengan hati nurani yang dilakukan oleh dirinya sendiri.
Setiap orang yang normal mempunyai perasaan malu. Tetapi setiap masyarakat mempunyai pandangan yang berbeda mengenai malu. Sehubungan itu, pendapat mengenai apa yang dimaksudkan malu, apa yang mendatangkan malu serta tindakan yang harus untuk mengatasi perasaan malu berbeda-beda dari satu masyarakat ke satu masyarakat yang lain. Ini adalah karena dalam konsep malu dan segan ini sebenarnya terkandung satu sistem nilai dan kepercayaan sebuah masyarakat itu sendiri.

Malu dalam masyarakat
Melayu mempunyai 3 lapis pengertian, yaitu:
·         Malu Sebagai Perasaan
·         Malu Sebagai Tanda Harga Diri
·         Malu Sebagai Fungsi Kawalan Sosial

Ø  Malu dalam perasaan
 Malu merupakan perasaan rendah diri ataupun berasa segan  terhadap kekurangan yang ada pada diri sendiri apabila dibandingkan dengan orang lain. Kekurangan ini boleh diartikan sebagai kebodohan, kejahilan, tidak setimpal, tidak seperti, maupun tidak setaraf. Individu yang mengalami perasaan begini selalunya menganggap dirinya lebih kecil dan hina daripada orang lain yang dianggapnya mempunyai serba kelebihan pula.
Ø  Malu sebagai tanda harga diri
Dari segi kehidupan bermasyarakat, perasaan malu itu berkaitan dengan maruah, harga diri dan air mukanya seseorang. Orang yang mendapat malu beranggap bahwa maruah, harga diri dan air mukanya telah tercemar. Dalam keadaan ini, kedudukan sosialnya telah terjejas dan menjadi rendah. Ketercemaran ini berawal daripada perlakuannya sendiri dan juga oleh tekanan sosial.
        Malu dianggap sebagai tanda harga diri karena dikatakan seseorang itu dapat merasai maruah dan harga dirinya apabila seseorang mempunyai perasaan malu. Sehubungan itu, malu merupakan sesuatu yang baik  bagi orang yang bermaruah kerana perasaan ini sebenarnya dapat mendorong seseorang untuk menjaga maruah dan harga diri.
      Bagi mereka yang tidak mempunyai perasaan malu, mereka lazimnya dianggap orang yang tidak tahu harga diri. Pemerian untuk mereka ini ialah “Tidak tahu malu” dan “muka tebal”. Orang yang tidak tahu malu biasanya merupakan celaan orang ramai dalam masyarakat Melayu.
        Perasaan malu sebagaimana yang dikaitkan dengan maruah, dan harga diri amat penting dipupuk kepada anggota-anggota masyarakat. Dengan memberi kesadaran mengenai perasaan malu yang ada pada diri seseorang itu boleh menjadi penghalang atau benteng yang penting bagi anggota masyarakat agar tidak melakukan sesuatu yang dianggap menyeleweng. Daripada itu malu boleh dikaitkan dengan fungsi kawalan sosial seperti apa yang akan dibincangkan di bawah:
Ø  Malu Sebagai Fungsi Kawalan Sosial
         Malu merupakan satu perasaan negatif yang timbul daripada kesadaran diri seseorang mengenai perlakuan yang tidak senonoh. Daripada itu, seseorang akan menjauhkan diri daripada perlakuan yang buruk daripada terkena. Dari segi ini, malu sememangnya boleh mengawal tingkah laku seseorang dan dengan itu memainkan fungsi kawalan sosial.
       Masyarakat Melayu yang hidup secara berkeluarga juga menguatkan lagi fungsi malu sebagai kawalan sosial. Dalam masyarakat Melayu seseorang itu bukan saja akan menanggung malu daripada perbuatannya sendiri malah akan menanggung malu daripada perbuatan ahli keluarganya. Ini adalah karena keluarga Melayu yang mempunyai perasaan erat terhadap keluarganya sendiri dan juga karena masyarakat Melayu menganggap bahwa seseorang itu terikat kepada keluarganya. Misalnya, seorang anak akan menyebabkan ibu bapa mereka malu sekiranya ia telah melakukan sesuatu yang jahat seperti mencuri. Dalam peribahasa Melayu, tindakan anak ini diperikan sebagai “menconteng arang di muka ibu bapa”.
       Bagi mengelakkan diri mereka menanggung malu seseorang itu akan cuba mengawal ahli keluarga mereka supaya tidak melakukan perbuatan yang buruk. Di sini, sekali lagi kita boleh lihat bahwa malu telah memainkan satu fungsi kawalan sosial

B.     Malu sebagian dari iman
Dalam ajaran agama disebutkan “malu adalah sebagian dari iman “.ini berarti bahwa malu merupakan salah satu nilai budi pekerti yang harus di miliki oleh manusia.Dan juga Rasulullah SAW bersabda, “Memiliki rasa malu itu merupakan manifistasi dari iman” (HR. Bukhari).
Pengertian malu menurut bahasa ialah perubahan dan peralihan sikap manusia karena takut atau khawatir terhadap sesuatu perbuatan yang menyebabkan dirinya dicela orang lain. Menurut syara’ yang dsebut dengan malu adalah peringai yang membangkitkan seseorang untuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan mencegah dirinya dari kelengahan terhadap hak yang menjadi milik orang lain. Malu ini termasuk ke dalam golongan kesempurnaan ahlak dan kegemaran kepada sebutan baik. Orang yang tidak mempunyai rasa malu pasti rendah ahlaknya dan tak mampu mengendalikan hawa nafsunya.
        Nabi Muhammad Saw adalah seorang yang tinggi perangainya, dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Rasulullah Saw adalah seorang yang sangat pemalu, lebih pemalu dari seorang gadis yang dipingit. “Adalah Rasulullah Saw, lebih pemalu dari gadis dalam pingitan. Dan bila terjadi sesuatu yang tidak disukainya, kami dapat mengenal dari wajahnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam kajian aqidah akhlak Sifat malu terbagi menjadi tiga.
1.      Malu kepada diri sendiri.
Orang yang mempunyai malu terhadap dirinya sendiri, saat melihat dirinya sangat sedikit sekali amal ibadah dan ketaatannya kepada Allah SWT serta kebaikannya kepada masyarakat di lingkungannya, maka rasa malunya akan mendorongnya untuk meningkatkan amal ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Orang yang mempunyai rasa malu terhadap dirinya sendiri, saat melihat orang lain lebih berprestasi darinya, dia akan malu, dan dia akan mendorong dirinya untuk menjadi orang yang berpresetasi.
2.      Malu kepada manusia.
Orang yang merasa malu terhadap manusia akan malu berbuat kejahatan dan maksiat. Dia tidak akan menganiaya dan mengambil hak orang lain. Walaupun malu yang seperti ini bukan didasari karena Allah SWT melainkan karena dorongan rasa malu terhadap orang lain, tapi insyaAllah orang tersebut mendapat ganjaran dari Allah SWT dari sisi yang lain. Tapi perlu dicatat, orang yang merasa malu karena dorongan adanya orang lain yang memperhatikan, sementara ketika sendiri dia tidak malu, maka sama artinya orang itu merendahkan dan tidak menghargai dirinya.
3.      Malu kepada Allah SWT.
        Malu seperti ini akan menimbulkan kesan yang baik. Orang yang memiliki rasa malu terhadap Allah SWT akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya, karena ia yakin bahwa Allah SWT senantiasa melihatnya
        Bila kita kembali kepada hadits Rasulullah di atas yang mengatakan rasa malu adalah manifestasi dari iman, maka hanya orang-orang yang imannya menancap kuat dan tumbuh yang memiliki tingkat sensitivitas rasa malu yang sangat tinggi.

Cobalah perhatikan contoh syair lagu ini

                                    S3(sun sing suwe)
..................................................................
Kalo roti mas,dikasih madu
Tentu saja mas enak rasane
Jikalau lama mas ora ketemu disun saja mas iku jamune

Disun sing suwe,mas
Kalau ketemu kekasih
..................................................................

Dari syair di atas kita bisa menyimpulkan bahwa manusia jaman sekarang sudah tidak lagi malu-malu mengungkapkan ucapan yang bertentangan dengan rasa etika orang timur.
Perkembangan jaman yang demikian itu merupakan fakta yang tidak bias di bantah.Namun kita manusia yang memiliki hati nurani dan etika orang timur hendaknya kita bangkit dan berjuang membangun kembali rasa malu diri dan masyarakat kita dari berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani dan rasa etika.

C.     Malu berbuat salah
Malu adalah sifat alami manusia,tak terbayangkan jika manusia sudah tidak mempunyai rasa malu dan berbuat semauanya, mengangap sesuatu yang tabu/tak pantas di masyarakat menjadi pantas!!namun malu yang di maksud di sini adalah malu berbuat salah yang tidak sesuai dengan suara hati nurani dan norma masyarakat serta norma agama.
Rasa malu yang dianjurkan pada kita masyarakat yang bermoral dan beretika beberapa contohnya yaitu malu jika tidak menghormati orang lain,malu jika membuang sampah sembarangan dan malu jika kita menipu.
Contoh kecil saja rasa malu yang dianjurkan dimiliki oleh kita sebagai mahasiswa yaitu malu jika kita menyontek waktu ada ulangan.Dan juga malu jika berpenampilah lusuh dan tidak rapi.
Tetapi persoalannya,pada masyarakat sekarang rasa malu itu sudah jarang bahkan contoh kecil diatas saja malah sepertinya sudah menjadi kebiasaan oleh kita dan masyarakat. Allah Azza wa Jalla saja Maha Pemalu dan menyukai sifat malu serta mencintai hamba-hamba-Nya yang pemalu,jadi oleh sebab itu kita mulai dari sekarang untuk menanamkan rasa malu dalam kehidupan kita supaya sifat  malu kita dapat mendorong kita untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk.dan kita tidak malu untuk melakukan perbuatan yang terpuji.

D.     Menumbuhkan rasa malu
Menumbuhkan rasa malu dalam kehidupan itu ada banyak cara diantaranya yaitu dengan mulai dari yang kecil dari diri kita sendiri yaitu dengan membiasakan berkata jujur dan berperilaku yang benar,pada saat kita bertingkah laku sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan maka jika kita memang dari awalnya sudah biasa melakukan kebaikan maka sikap dan perilaku kita akan baik tetapi jika  kita terbiasa berbuat salah maka perilaku kita juga akan selalu salah.
Karena dalam kehidupan manusia yang selalu berbuat salah jika mereka berbuat benar malah mereka merasa malu karena mereka sudah terbiasa berbuat salah dan jika manusia itu terbiasa berbuat benar maka jika mereka salah mereka juga akan malu berbuat salah karena mereka terbiasa berbuat benar maka dari itu mulai dari sekarang kita harus membiasakan berkata dan berperilaku yang benar karena itu adalah awal supaya kita sebagai mahkluk yang berbudaya dapat menumbuhkan lagi rasa malu dalam diri kita.
Dan cara lainnya menumbuhkan rasa malu yaitu dengan mempertegas hukuman bagi pelanggar kejahatan karena tanpa adanya tindakan yang tegas bagi mereka yang melanggar maka rasa malu pada masyarakat akan semakin kecil bahkan semakin tidak ada,sebaliknya jika hukuman bagi palanggar hokum di pertegas maka maka rasa malupun akan tumbuh.dan cara lainnya yaitu dengan mempertebal penanaman moralitas agama karena moralitas agama adalah jalur cukup kuat dalam menanamkan rasa malu seseorang.

E.      Penutup

Mungkin hanya ini saja yang bisa saya angkat dari materi rasa malu semoga kita manusia dapat menjadi Orang yang berperasaan halus, berbudaya tinggi, gampang malu. Orang yang punya nilai etika rendah tidak bisa merasakan malu. Orang yang tidak tahu malu, selalu bisa membenarkan tindakannya.
     Rasa malu bagi seseorang merupakan daya kekuatan yang mendorongnya berwatak ingin selalu berbuat pantas dan menjauhi segala perilaku tidak patut. Orang yang memiliki watak malu adalah orang yang cepat menyingkiri segala bentuk kejahatan. Sebaliknya, yang tidak memiliki rasa malu berarti ia akan dengan tenang melakukan kejahatan, tidak peduli omongan, bahkan, cercaan orang lain. ''Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu,'' begitu mottonya.
Islam menilai, watak malu itu merupakan bagian dari iman. Dengan demikian, orang yang tidak mempunyai rasa malu adalah orang yang hilang imannya. Orang hidup bermasyarakat sudah tentu harus mendengarkan apa kata masyarakat tentang dirinya. Masyarakat tak pelak lagi sebenarnya mengetahui apa yang dilakukan anggotanya. Masyarakat pula yang berhak mengoreksi apa-apa kelakuan yang tidak baik atau tak pantas anggotanya. Bagi yang tak punya malu, omongan atau koreksi masyarakat akan dianggapnya angin lalu.
Dan saya selaku penulis ingin meminta maaf jika ada salah kata dan ucapan,dan juga terima kasih bagi yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.



                         Daftar pustaka





Ø  Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas.28 Oktober 2009.”malu,akhlak islam”.www.almanhaj.or.id
Ø  Gedek. February 25th, 2008.”malu sebagian dari iman “.http://gedex.web.id
Ø  NN.Tth.”malu “dalam www.wikipedia.com
Ø  NN.2010.”maksud malu sebagian dari iman”.www.percikaniman.org
Ø  Suharsono.tth.Budi pekerti.Bekasi:BAB1

1 komentar:

Pengikut