Cari Blog Ini

Rabu, 03 Agustus 2011

kedewasaan

semakin bertambahnya usia seseorang tidak menjamin bahwa dia akan dewasa pula.
karna kedewasaan tidak di ukur dari usia, tapi bagaimana cara dia memandang hidupnya, bagaimana dia mengasah karakternya setiap hari sehingga menjadi seseorang yang memiliki karakter yang mantap, bagaimana dia menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin, bagaimana caranya mengambil setiap keputusan yang tepat dan setiap kesempatan yang ada dalam hidupnya.

Seseorang akan bertambah dewasa ketika dia berhadapan dengan masalah hidup yang dia hadapi, orang-orang di sekitarnya yang akan mengasah karakternya, dan kegagalan yang pernah dia alami. Tiga hal tersebut adalah faktor pemicu yang utama, yang membuat seseorang bertambah dewasa.

Namun tiga faktor tersebut di atas juga belum menjamin seratus persen akan menambah kedewasaan seseorang. Semuanya kembali ke dalam pribadi masing-masing. Bagaimana cara kita menyikapinya. Menyikapi setiap masalah yang ada. Masalah yang ada dalam hidup kita tidak akan membuat kita bertambah dewasa, jika kita tidak pernah mengambil hikmat yang ada di balik setiap masalah yang ada. Begitu juga dengan orang-orang yang menyebalkan yang ada di sekitar kita. Jika kita terus menghindar dan mengambil sikap membenci mereka, kita tidak akan pernah bisa menjadi dewasa. Dan kegagalan yang pernah kita alami. Kita tidak akan bertambah dewasa jika kita terpuruk dalam kegagalan dan tidak bangkit dalam kegagalan tersebut serta berusaha mencoba lagi.

kedewasaan menurut saya pribadi

kedewasaan itu harus ada didalam diri kita mulai dari sekarang....oh ya karena memang saya dah 21 tahun...he..he....tapi menjadi seorang yang dewasa itu berat....harus mencari uang sendiri...biaya kuliah sendiri...dan bahkan nanti kita akan membiayai anak istri kita...
oh ya ngomong-ngomong tentang kedewasaan itu kita harus menahan hawa nafsu,,sabar,dan harus berfikir 2 kali sebelum bertindak(alias jangan ceroboh)....jangan mengandalkan ego saja...karena saya melihat remaja zaman sekarang itu kedewasaan mereka kurang...contoh saja tidak pernah memikirkan 2 kali apabila mau mengambil keputusan.....mungkin cukup ini saja....
banyak asstagfirullah....

kesabaran

KESABARAN

^_^
^_^
Buddhistzone.com - Latihan untuk membina diri kita sesungguhnya adalah latihan dalam keseharian. Membina diri bukan sesuatu yang dimengerti bahwa harus dilakukan ditempat-tempat ibadah atau hanya pada saat-saat tertentu. Justru dalam keseharian kita bisa meningkatkan, membina diri kita masing-masing.
Salah satu pesan yang sangat penting yang pernah diungkapkan oleh Buddha Gotama dihadapan 1250 orang-orang suci adalah kesabaran sesungguhnya latihan untuk membina diri yang tertinggi. Kalau kita berhadapan atau mengalami keadaan yang menyenangkan disekitar kita, semua bersikap baik, berkata-kata ramah kepada kita, maka kita bisa bersikap sabar. Tetapi menurut Buddha Gotama, menghadapi hal-hal yang menyenangkan bukanlah sikap bersabar. Justru kesabaran adalah sikap yang tetap tenang, dilandasi dengan pengertian yang benar, pada saat kita menghadapi atau mengalami kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan. Orang-orang lain atau teman-teman yang berperilaku tidak baik kepada kita, pada saat itulah sesungguhnya kesempatan yang sangat baik bagi kita untuk melatih kesabaran.
Kalau menghadapi kondisi yang tidak menyenangkan, orang-orang yang mengganggu kita, mungkin juga ingin menghancurkan kita, kalau pada saat itu timbul kemarahan, kejengkelan atau bahkan dendam, pada saat itulah tampak betapa rapuhnya mental kita, menanggapi keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan, menghadapi orang-orang yang menyulitkan kita, kalau timbul emosi, sikap yang serampangan, yang didorong oleh kebencian atau kemarahan sesungguhnya sikap seperti itu sangat merugikan kita sendiri. Tampak dengan jelas, tidak ada ketahanan mental, tidak ada kekuatan batin dalam diri kita untuk menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan.
Ilmu pengetahuan moderen menyadari bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Kalau seseorang suka belajar suka mendengar, dan kemudian timbullah ide-ide yang cemerlang, kreatifitas-kreatifitas yang baru. Sering dikatakan seseorang itu adalah orang yang cerdas, tetapi itu sangat tidak cukup, kecerdasan dalam hubungan berinteraksi dengan masyarakat, sekarang disadari bahwa selain kecerdasan, sangat diperlukan kedewasaan emosi, kecerdasan intelektual amatlah tidak membantu tanpa dilandasi dengan kecerdasan/kedewasaan emosi. Ada 2 macam kesabaran menurut Dhamma dan demikian juga terdapat 2 macam latihan untuk meningkatkan kesabaran / daya tahan mental kita.
Yang pertama disebut dengan bersabar dengan hal-hal yang sederhana, dengan kondisi-kondisi yang kecil, seperti bersabar dengan udara yang panas, bersabar dengan makanan-makanan yang mungkin tidak sesuai, tetap bersabar karena harus menunggu agak lama, bersabar kalau fisik ini sedang sakit, bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak berguna dalam menghadapi kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan itu, melatih kesabaran dengan hal hal yang kecil-kecil ini akan memungkinkan kita, memberikan jalan kepada kita untuk melatih kesabaran yang lebih tinggi. Apakah kesabaran yang lebih tinggi itu? Sabar kalau kita dicela, sabar kalau kita dihina, tetap sabar kalau ada orang-orang yang memfitnah kita atau mungkin ingin menghancurkan kita, kesabaran yang lebih tinggi ini memang amat sulit tetapi justru itulah yang Buddha Gotama sebutkan sebagai latihan untuk membina diri kita yang tertinggi. Para Bhikkhu/para pengkhotbah sesungguhnya bukanlah guru kesabaran yang sejati.
Para bhikkhu/para penceramah hanya bisa menunjukkan betapa berharganya kesabaran itu, betapa pentingnya memiliki kesabaran sebagai daya tahan mental tetapi bukan guru kesabaran yang sebenarnya, siapakah guru kesabaran yang sebenarnya? Kalau dirumah suatu saat sang suami atau sang istri menimbulkan masalah, menimbulkan persoalan, kalau anak anak suatu ketika tidak mau mendengar nasehat, kalau teman-teman atau kolega kita menyulitkan kita, kalau mereka-mereka yang dahulu sangat akrab kemudian ingin menghancurkan kita, mereka itu sesungguhnya guru-guru kesabaran yang sejati karena pada saat itulah kita dituntut untuk mempunyai kesabaran.
Kalau kita menghadapi mereka dengan geram, dengan emosi yang meluap-luap, dengan kemarahan dan mungkin dengan kebencian. Sikap itu tidak menyelesaikan masalah bahkan membuat masalah lebih berlarut-larut, kegeraman yang ditunjukkan oleh seseorang sesungguhnya bukan menunjukkan kekuatan dan keperkasaan tetapi sebaliknya kelemahan jiwa, seseorang yang jiwanya kuat, mempunyai daya tahan mental yang tangguh, tidak akan mudah terpancing, tidak akan menunjukkan kegeraman, kegarangan, karena sadar bahwa kegeraman, kegarangan, kemarahan, kebencian sama sekali bukan cara menyelesaikan persoalan, tetapi bagaimanakah cara untuk melatih kesabaran? Ada 2 macam cara untuk melatih kesabaran.
Sikap tenang yang dilandasi dengan pengertian yang benar itulah sesungguhnya kesabaran. Pengertian apakah yang harus kita punyai untuk menumbuhkan kesabaran? Untuk meningkatkan daya tahan mental kita menghadapi seribu satu macam kondisi dan persoalan-persoalan kehidupan yang tidak akan berhenti?.
Menyadari bahwa segala sesuatu dialam semesta ini tidak kekal, tidak ada yang abadi, berubah setiap saat, kesulitan apapun yang kita hadapi, perlakuan apapun yang tidak menyenangkan kita juga tidak kekal, tidak selamanya akan mengcengkeram kita, tidak ada yang abadi dialam semesta ini, masalah yang menyulitkan itu  datang sebentar kemudian dia akan berlalu, sabbe sankhara anicca - semua perpaduan tidak kekal, berubah setiap saat dan berubah terus menerus, menyadari perubahan terhadap segala sesuatu termasuk kesulitan – kesulitan yang sedang menghimpit, yang sedang kita alami itulah menyadari ketidak kekalan itu akan membuat kita bertahan, tidak ada alasan untuk berpatah semangat.
Pengertian yang kedua yang harus kita punyai sebagai landasan untuk membangun kesabaran dan daya tahan mental adalah kesulitan dan penderitaan yang kita alami yang kita hadapi, janganlah kita berpikir biasa, apakah yang di sebut berpikir biasa? Berpikir biasa adalah kita selalu atau sering berpikir bahwa ia menghina saya, si itu mengganggu saya, si dia tidak simpati kepada saya, yang itu ingin menghancurkan saya, yang itu membenci saya dsb. Pikiran kita seolah olah seperti buku telepon yang hanya berisi daftar-daftar nama mereka-mereka yang tidak kita senangi, kemudian timbul kebencian, timbul keinginan membalas kepada mereka-mereka itu dan itulah yang membuat kehidupan kita tidak tentram. Tetapi berpikir Dhamma sangat beda, berpikir Dhamma amat bebeda dengan berpikir biasa, Mengapa?
Kesulitan yang kita hadapi, penderitaan yang kita alami sesungguhnya adalah akibat buah dari perbuatan kita sendiri, kesulitan dan segala macam penderitaan itu bukan pemberian Tuhan, juga bukan dibuat oleh  dewa-dewa untuk menghukum kita, tapi akibat perbuatan kita sendiri, perbuatan yang tidak benar, perbuatan yang tidak sehat, kalau bukan akibat dari perbuatan kita, tidak mungkin peristiwa itu akan datang menimpa kita. Kalau kita berpikir seperti ini, maka tidak ada tempat untuk membenci kepada yang lain, tidak ada alasan untuk membalas kebencian itu dengan dendam kepada siapapun, justru melihat mereka yang melakukan hal-hal yang  merugikan kita bukan kebencian yang timbul melainkan kasih saying, timbul rasa kasihan yang mendalam, melihat teman-teman/orang-orang lain berperilaku buruk kepada kita, karena perilaku yang buruk juga akan membuahkan penderitaan bagi pembuatnya sendiri.
Dengan 2 landasan pengertian inilah, kita meningkatkan/membangun kesabaran kita, kita meningkatkan daya tahan mental kita menghadapi hal hal yang buruk, hal-hal yang menyakitkan, hal-hal yang terasa sulit dalam kehidupan ini, pengertian tentang semua tidak kekal, berubah setiap saat termasuk kesulitan dan hal-hal yang buruk itu, dan seandainya kesulitan dan hal-hal buruk itu datang, maka itupun akibat perbuatan dari karma kita sendiri. Dengan cara inilah dengan dasar pengertian yang benar yang jernih kita berusaha untuk tetap tenang, tegar, batin tidak tergoyahkan untuk menghadapi kesulitan - kesulitan dalam kehidupan yang datang silih berganti, silahkan kesulitan/persoalan itu datang, namun persoalan/ kesulitan itu tidak lagi menjadi kesulitan, tetapi justru menjadi kesempatan bagi kita untuk melatih kesabaran, dengan kesadaran yang penuh memperkuat daya tahan mental kita, marilah kita menghadapi dengan tenang marilah kita mengubah kesulitan/persoalan itu menjadi kesempatan yang amat berharga untuk meningkatkan kualitas diri kita, karena didalam kenyamanan, didalam segala sesuatu yang menyenangkan yang kita hadapi, perlakuan-perlakuan manis yang kita terima, sesungguhnya amat sulit mencari kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri.
Kenyamanan dan perlakuan-perlakuan yang sangat baik kepada kita bukanlah guru kesabaran yang sebenarnya. Menurut pengertian Dhamma kadar kesabaran, kadar daya tahan mental kita merupakan hasil dari latihan kita, latihan dalam keseharian yang dilandasi dengan pengertian yang benar, karena menurut Dhamma kesabaran bukan sesuatu yang bisa kita dapatkan dengan meminta kepada siapapun. Di Jawa Tengah sering kita mendengar, kalau seseorang tiba di dalam kesulitan, dia mengeluh. “Oh Gusti berikan kepadaku kesabaran”. Memang boleh-boleh saja seseorang mengeluh seperti itu, karena mungkin betapa beratnya kesulitan/beban yang dia hadapi tetapi kesabaran tidak bisa diminta, dan kesabaran tidak bisa diberikan siapapun kepada kita.
Kita harus berpandai-pandai menggunakan setiap kesempatan dalam keseharian untuk meningkatkan kesabaran kita karena kesabaran merupakan latihan yang amat berharga. Sangat dibutuhkan setiap saat dimanapun kita berada, dimanapun kita tinggal, dalam keadaan yang bagaimanapun kita mengalami. Seseorang yang tidak cukup mempunyai kesabaran, ketahanan mental, dia akan terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang buruk, mungkin kejahatan karena akan memberikan keuntungan materi yang lebih besar dan lebih cepat, namun seseorang yang memiliki kesabaran / ketahanan mental tidak akan tertarik dengan perbuatan yang tidak sehat, dengan perilaku yang tidak bermoral, sekali hal itu memberikan keuntungan yang besar dan spontan.
Ia bisa bertahan, mengendalikan diri karena ia punya kesabaran, daya tahan mental yang cukup baik, tidak terpengaruh/tergiur dengan perbuatan buruk sekalipun memberikan keuntungan yang besar dan spontan. Kesabaran, keuletan adalah kunci untuk menjaga moralitas, mempunyai perilaku yang baik, sehat karena setiap perbuatan menurut Dhamma memberikan akibat ganda, kejahatan akan merugikan orang lain/makhluk lain, dan juga sudah pasti merugikan si pembuatnya sendiri. Demikian juga kebajikan, perbuatan bajik akan memberikan manfaat ganda pula, bermanfaat bagi yang lain dan memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, kalau tanpa kesabaran, karena tidak mampu mengendalikan dirinya seseorang tergiur melakukan kejahatan, maka dia berjalan untuk melakukan perbuatan menghancurkan kedua belah pihak, kehancuran ganda, menghancurkan orang lain merugikan orang lain dan menghancurkan dirinya sendiri, perbuatan yang tidak terpuji, yang buruk mudah sekali menggiurkan kita, menarik bagi banyak orang, karena memberi manfaat yang sekonyong-konyong, memberi kesenangan yang tiba-tiba, tidak perlu menunggu / bersabar kemudian banyak orang terpikat melakukan kejahatan, disinilah letak arti penting memiliki kesabaran, dengan kesabaran/ketahanan mental kita juga akan bersabar, tidak terpikat untuk melakukan kejahatan, memilih perbuatan yang bajik. Dengan kesabaran dan kesadaran, dengan ketahanan mental sekuat tenaga, kita menghindari perbuatan-perbuatan buruk, yang tidak sehat dan dengan kesabaran serta kesadaran pula, dengan keuletan dan dengan sekuat tenaga kita melakukan hal-hal yang baik, yang bajik, yang berguna, bagi masyarakat, bagi keluarga kita, dan sudah tentu berguna bagi kita sendiri.
Memang perbuatan buruk memberikan kenikmatan spontan, kesenangan yang lebih cepat, tetapi kalau perbuatan itu suatu ketika sudah masak, kejahatan itu akan berakibat penderitaan yang kadang-kadang amat sulit diatasi, berlarut-larut dan sangat lama, namun sebaliknya perbuatan bajik yang kalau dilakukan akan berguna bagi orang lain, bagi yang melakukan, tidak akan menimbulkan penyesalan didalam hati, kehidupan ini akan menjadi kehidupan yang amat berguna kalau kita bisa menggunakan sebanyak mungkin  untuk hal-hal yang berguna / bermanfaat bagi semua pihak. Namun, saya ingin memasuki pengertian yang lebih mendalam dan mungkin lebih sulit untuk dimengerti tetapi merupakan kewajiban saya untuk mengajak kalian untuk meningkat kedalam pengertian yang lebih dalam, memang kita tidak berpihak kepada perbuatan jahat/keburukan, kita ingin mengisi kehidupan ini dengan kebajikan, dengan hal-hal yang berguna tetapi sekali lagi tetapi janganlah merasa lebih unggul, merasa lebih tinggi karena telah melakukan kebajikan, kemudian memandang rendah kepada mereka yang melakukan kejahatan. Melakukan kebajikan adalah pilihan, tetapi kebanggaan akan kebajikan yang kita lakukan akan merugikan perkembangan mental kita, bangga dengan kebajikan yang dilakukan dan kemudian memandang rendah serta membenci kepada mereka yang melakukan kejahatan adalah kekotoran batin yang menghalangi kemajuan mental spiritual kita, kita senang berbuat bajik, tetapi kita tidak benci, tidak merendahkan sekalipun kepada mereka-mereka yang melakukan perbuatan merugikan orang lain. Kita tidak senang, tidak setuju terhadap kejahatan yang mereka perbuat, tetapi sama sekali tidak ada alasan untuk membenci dan merasa diri kita lebih baik, lebih mulia, lebih tinggi dari mereka, perasaan ini sesungguhnya adalah keangkuhan, kesombongan bahkan kecongkakkan, itu adalah kekotoran bathin yang amat merugikan bagi perkembangan bathin kita sendiri.
Kita memihak pada kebajikan, jelas, kita tidak ingin melakukan kejahatan tetapi kita tidak perlu merasa lebih dengan membandingkan kepada mereka yang masih senang melakukan kejahatan. Aku bukan mereka, aku lebih baik, lebih bersih, lebih sempurna, lebih tinggi dari mereka. Inilah beban-beban mental yang mengotori pikiran kita dengan kekotoran batin yang lebih halus tetapi tetap merugikan kita. Marilah kita memihak pada perbuatan yang baik/kebajikan dengan tulus termasuk juga mempunyai pikiran yang bajik, pikiran kasih sayang kepada mereka-mereka yang melakukan kejahatan sekalipun, inilah yang didalam Dhamma disebut sebagai berusaha membersihkan pikiran kita sendiri dari kekotoran–kekotoran batin yang halus, keangkuhan, keakuan, kesombongan dan itu adalah beban mental yang juga membuat penderitaan bagi diri kita.
Secara ringkas, marilah kita meningkatkan kualitas diri kita, dengan menggunakan segala keadaan, segala hal yang kita alami apapun, sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri, meningkatkan kesabaran, daya tahan mental, dengan kesabaran/daya tahan mental, kita tidak akan memihak, memilih kejahatan dan berusaha keras untuk menambah hal-hal yang baik, mengisi kehidupan ini dengan kebajikan tanpa dilandasi, tanpa disusupi oleh kesombongan, keangkuhan, kecongkakan. Marilah kita mengisi kehidupan kita dengan hal-hal yang berguna dan juga mencintai, mengasihi mereka, untuk bersama-sama maju kearah yang lebih baik, tidak ada alasan merendahkan siapapun, apalagi membenci kepada mereka-mereka sekalipun mereka melakukan kejahatan, tidak hanya menghindari kejahatan dan menambah kebajikan tetapi lebih dari itu, marilah kita memeriksa batin kita, pikiran kita supaya juga bersih dari kekotoran batin, dan itulah kebahagiaan di.dalam diri kita, disitu kita akan menemukan kebahagiaan, kondisi apapun yang kita hadapi, yang datang menyongsong kita, marilah kita hadapi dengan tenang, dengan pengertian benar, dengan ketahanan mental, dengan ketulusan hati.
Janganlah berpikir untuk mencari kebahagiaan dari luar diri kita, sumber kebahagiaan itu berada dari dalam diri kita sendiri, tidak mungkin bisa ditemukan dari luar diri kita, dengan mengubah diri kita, meningkatkan kualitas diri kita, sumber kebahagiaan akan muncul di dalam diri kita, mencari kebahagiaan dari luar diri kita, sibuk mencari dan mengubah apa yang diluar diri kita, memang baik, tetapi
bukanlah jaminan yang mampu membuat kita bahagia tanpa ada perubahan didalam diri kita masing-masing. Saya akan menutup uraian ini dengan sebuah cerita yang sederhana tapi amat menarik.
Dijaman dahulu di Mesir ada seorang raja yang sakit mata, dokter istana setelah mengobati kemudian menasehatkan, raja harus sering melihat warna hijau karena warna itu akan mempercepat kesembuhan penglihatan mata baginda raja, di Timur Tengah, demikian juga di Mesir, tidak sebanyak tumbuhan-tumbuhan hijau seperti yang kita lihat di tanah air kita, amat kurang, kadang-kadang amat jarang, karena raja harus sering melihat warna hijau, maka kemudian raja memerintahkan segala sesuatu yang dia lihat dia ubah dengan warna hijau, alat-alat makan, pakaian yang dia kenakan, dinding, tempat tinggal, lantai, semua diubah dengan warna hijau supaya penglihatan sang raja bisa cepat kembali seperti semula, tetapi penasehat raja mendekati sang raja dan berkata, kalau baginda menginginkan melihat yang serba hijau supaya penglihatan baginda cepat sembuh seperti sedia kala, mengapa baginda harus mengubah semuanya dengan warna hijau, apakah tidak lebih baik baginda memakai kacamata hijau, dengan memakai kacamata hijau, semuanya akan kelihatan hijau, tidak perlu harus mengubah warna semuanya dengan menjadi hijau.
Dari cerita kecil ini kita mendapatkan pencerahan kecil, mengubah diri kita, mengubah sikap mental kita adalah jauh lebih berharga dan lebih mudah daripada mengubah segala sesuatu diluar diri kita. Justru mengubah dan meningkatkan mental kita, didalam diri inilah, diri kita sendiri, kita menemukan sumber kebahagiaan. Marilah kita menggunakan kesempatan yang berharga dalam kehidupan ini, setiap saat untuk mengisi kehidupan ini dengan hal-hal yang bermanfaat, berguna, berfaedah, bagi siapapun juga, bagi masyarakat, bagi orang banyak, bagi keluarga kita, dan sudah tentu bagi kita sendiri, dengan membangun diri kita disitulah kita menjumpai kebahagiaan, dan kebahagiaan itu akan bermanfaat pula bagi mereka-mereka yang lain, marilah kita berjuang, maju, tidak ada waktu untuk terlambat, tidak menyiakan kehidupan ini, semoga kita mampu, untuk menjadikan kehidupan ini berguna, bermanfaat bagi siapapun.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sumber : Ceramah Bhante Sri Pannavaro Mahanayaka Thera
Ditranskripkan oleh : Yuliana Lie Pannasiri, BBA, MBA

Selasa, 26 April 2011


10 KIAT MENJADI SAHABAT YANG BAIK

Sahabat sangat berarti bagi kita. Manusia ditadirkan untuk hidup bersahabat, sahabat memberi arti dalam hidup kita, walaupun kadang-kadang sahabat itu pernah menyakitkan hati. Sahabat ada yang baik, dan ada juga yang menghancurkan atau menyesatkan, untuk itu tidak salah untuk menjaga pergaulan, sehingga tidak terjerumus dalam kesesatan. Dalam bersahabat kita harus bisa mengerti satu sama lain, ada ujaran-ujarang mengatakan Musuh mudah dicari, sahabat sulit didapat. Terus bagaimana menjaga hubungan baik dengan sahabat?? Berikut ini diberikan seorang temen baik ku,
10 KIAT MENJADI SAHABAT YANG BAIK

1.Bersikaplah terbuka. Keterbukaan tidak saja akan membuat sahabat anda lebih mengenal anda, tetapi anda juga akan lebih mengenal diri sendiri.

2.Ungkapkanlah perasaan-perasaan, keinginan dan harapan-harapan anda. Hanya dengan keterbukaan, anda bisa bicara dari hati kehati, dan itu sangat penting bagi keintiman persahabatan.

3.Ciptakanlah keseimbangan antara memberi dan menerima. Anda tidak cukup hanya berperan sebagai pemberi tanpa menerima atau hanya sebagai penerima tanpa memberi. Hal ini menyangkut aspek yang luas, termasuk berbagi kegembiraan dan kesedihan.

4.Terimalah sahabat anda sebagaimana adanya. Jadilah sahabatnya tanpa menuntutnya berubah sesuai keinginan anda. Mungkin dia terlalu cerewet, agak cuek, sangat sensitif atau matre. Dia memang tidak sempurna dan mungkin sering melakukan hal-hal yang anda tidak sukai. Namun jangan lupa, andapun tidak luput dari kelemahan dan kekurangan.

5.Bila sahabat anda mempunyai sifat atau kebiasaan yang umumnya tidak disukai orang lain dan bisa menghambat pergaulannya, ingatkanlah dia pada waktu yang tepat. Barangkali selama ini dia tidak menyadari atau belum pernah ada seorangpun yang mengkritiknya. Kalau diperlukan, berilah saran dan biarkan dia berubah sedikit demi sedikit. Supaya fair, boleh juga anda memintanya mengkritik anda.

6.Bermurahhatilah. Ulurkanlah tangan ketika ia memerlukan bantuan, hiburlah ketika dia sedang sedih, dengarkanlah ketika dia mencurahkan isi hatinya,
temanilah ketika dia mengalami masa-masa sulit, doronglah semangatnya dll.

7.Berikanlah perhatian. Meskipun ia tampak tidak membutuhkannya, namun dia akan senang menerimanya. Jangan melupakan hari-hari istimewanya, bawakan oleh-oleh ketika anda pulang dari kota, pujilah potongan rambutnya yg bagus, tanyakan khabar keluarganya, dsb.

8.Bersikaplah penuh toleransi. Tidak ada masalah bila Anda berbeda dengan sahabat Anda, baik agama, suku, prinsip atau kebiasaan. Semua itu bisa memperkaya suatu persahabatan bila kedua belah pihak mau saling menghargai. Dan semakin baik toleransi anda, maka akan semakin matang kemampuan anda bersosialisasi. Hargailah sahabat anda sebagai seorang pribadi yang punya harga diri. Meskipun hubungan sudah sangat akrab, dia masih bisa tersinggung dengan sikap dan ucapan anda. Hatinya bisa terluka bila dihina, dikecam atau dipermalukan, meskipun dalam konteks bercanda.

9.Hormatilah privasi sahabat anda. Bila dia menceritakan sesuatu rahasia, jangan membocorkannya karena itu berarti mengkhianati perasaannya. Ketika dia sedang ingin sendiri, jangan mengganggunya. Jangan tergoda untuk membuka buku hariannya, tas atau dompet miliknya tanpa ijin, dsb.

10.Bila terjadi konflik, selesaikanlah segera . Mulailah mengambil inisiatif untuk menyelesaikannya. Jangan menunda-nunda apalagi bersikap seakan-akan tidak ada masalah. Meskipun konflik bisa mengganggu hubungan persahabatan, namun bila diselesaikan dengan baik bisa membuat hubungan menjadi lebih intim.

           Orang yang mempunyai sahabat akan lebih sehat dan bahagia daripada mereka yang tidak punya seorangpun. Seorang sahabat lebih berharga dari emas atau permata. Kekayaan tidak bisa membelikan Anda seorang sahabat atau membayar kerugian akibat kehilangan seorang sahabat.

Minggu, 24 April 2011

Pencucian otak di NII

Saya ingin berbagi pengalaman saja...sebenarnya saya sich bukan anggota NII ataupun mantan NII tapi saya pernah menjadi calon anggota NII...
awal cerita begini......he...he...dah macam paham saja....

Awalnya pada tahun 2005 kalau ga salah sepupu saya nich datang ke jakarta buat nyari pekerjaan ...sebut saja namanya fitri...yach namanya dari kampung jadi awal-awal dia harus nyari sahabat buat nyari relasi biar ada info tentang lowongan kerja...
Setelah rentang waktu...akhirnya ni fitri dapatlah pekerjaan di suatu perusahaan di daerah jakarta..n di perusahaan itu dia dapat temen awalnya sih dia tinggal di rumah om-Nya tapi karena dia merasa ga enak ngrepotin om-Nya terus akhirnya dia punya pikiran untuk ngekos.lalu dia ngekos bareng sama temennya..temennya itu awalnya ngajakin ke rumah temennya..fitri yang masih polos namanya juga dari kampung jadi ga begitu tau pergaulan di jakarta,,dia ikut saja....eh waladalah fitri ikutan temen yang ga bener...jadi di rumah temennya itu fitri dikasih ceramah,,,seperti tentang cerita agama...bahwa didunia ini harus bla..bla...bla...banyak banget...tapi intinya suatu saat dia harus ikut kedalam kelompok agama yaitu NII...nah pas datang waktunya dia dijemput oleh beberapa orang yang telah masuk kedalam kelompok agama tersebut...lalu dia masuk kedalam mobil...tetapi anehnya pada saat mobil mulai jalan matanya fitri ini ditutup dengan kain...tapi fitri tidak berkutik dia ikut saja sama mereka tanpa bertanya kenapa...dan  akhirnya mobil berhenti pada suatu tempat...dia dibawa masuk lalu di beri ceramah oleh ketua kelompok tersebut dan diberitahukan peraturan- peraturan : diantara harus jauh dari saudara...tidak boleh memberikan kabar kepada orang tua dan sama saudara sendiri....tiap bulan setiap menerima gaji harus di serahkan sama kelompok tersebut...tidak boleh menggunakan handphone....ke tempat kerja tidak boleh menggunakan alat transportasi...intinya tidak boleh ada hubungan dengan dunia luar.....oh ya 1 lagi harus menikah dengan orang dari kelompok tersebut.....dan setelah diberitahu peraturanya...akhirnya dia di sumpah dibawah alquran...tidak boleh melanggar peraturan tersebut jika melanggar allah akan memberikan azab..dan akan mati dengan menggenaskan...
setelah semua selesai fitri di bawa pulang ke kostanya...tapi pas naik mobol mata dia ditutup kembali..dan setelah sampai kostan baru dibuka tutup matanya..
Akhirnya dah 2 tahun berjalan...seleruh keluarga sangat cemas karena selama 2 tahun tidak ada kabar sama sekali...lalu orang tua dari fitri ini meminta orang tertua di kampung untuk mengecek keberadaan fitri ini...tapi belum ada hasil....lalu om-Nya  mencari tau tentang keberadaan fitri dengan bertanya ke temennya,lalu ke tempat kerjanya dulu..tapi juga ga membuahkan hasil....akhirnya pada hari-hari berikutnya.om-Nya mendapat kabar dari temennya bahwa pernah melihat fitri di daerah tertentu,,,akhirnya om-Nya mencari dan memantau keberadaan si fitri...lalu si fitri sitangkap.awalnya ga mau..tapi om-nya berusaha sadarin fitri lalu akhirnya fitri mau pulang tapi dia masih takut akan sumpah yang dulu pernah di ucapkan pada saat masuk kelompok tersebut....untuk menjaga hal-hal terulang kembali akhirnya om-Nya berinisiatif untuk membawa fitri ke ustad dan langsung dibawa pulang kampung.....supaya kelompok agama NII tersebut tidak dapat melacak keberadaan fitri..........

oh ya kalo masalah saya sich saya awalnya di ajak temen  yaitu Ali kita sebut saja namanya.untuk nemenin kerumah temennya...namanya dia temen waktu SMK dulu ya saya ikut saja....setelah saya ada di rumah temen si Ali itu.awalnya anaknya cerita-cerita tentang kerja dimana,terus pekerjaanya apa...ya pertanyaan yang standar lah...tapi lama - lama ko menjurus ke dalam masalah agama..saya sich sebenarnya ga begitu tau masalah agama...tapi saya ga bego-bego banget masalah agama...akhirnya saya diberikan pertanyaan tentang diri saya...terus sifat-sifat saya...lalu masalah agama....ya akhirnya saya berdebat masalah agama tapi saya ga bisa membantahnya karena dia selalu memberikan pengertian dengan ayat-ayat alquran...akhirnya saya jawab dengan iya...tapi tetep saja saya masih ragu...orang ustad saya selalu memberikan ceramah yang bener,,,tapi saya pura-pura percaya.....akhirnya waktu dah menunjukan sore,,,akhirnya saya pulang....terus 2 minggu berikutnya saya datang kembali...tetapi beda tempat kita bertemunya.....pas pertama bertemu saya langsung di beri ceramah....diguhi dengan ayat-ayat alquran.terus dikait-kaitkan dengan bencana tsunami-gempa;banyak lagi...bahwa bencana tersebut kerena kita ada di suatu tempat yang allah tidak suka.......lalu setelah bla...bla...bla.....dia menceritakan tentang kisah hijrahnya nabi muhammad SAW dari mekah ke madinah...untuk persingkat waktu intinya saya dianjurkan berhijrah seperti nabi tetapi bukan dari mekah ke madinah tetapi dari bekasi ke jakarta....dan jika kita ga berhijrah amal ibadah kita dari semenjak kita lahir ga akan diterima allah SWT....akhirnya saya iya kan saja...tapi sebenarnya saya tau ini kelompok agama ga bener,,,,akhirnya saya dan ali disuruh hijrah tetapi harus membayar 1.4 juta untuk membelu kunci syurga dan untuk adm pada saat kita masuk kedalam kelompok tersebut...dan juga harus memngeluarkan infaq juga....karena saya hanya mahasiswa..akhirnya saya bilang saya tidak ada biaya...tetapi dia menyuruh saya untuk bohong sama orang tua dan meminjam ke temen dengan alasan orang tua sakit,,ataupun urusan lain....akhirnya menambah ketidak percayaan saya...akhirnya saya bilang saya tidak mau....tetapi dia memberikan saya pengertian dengan menampilkan ayat-ayat allah lagi...akhirnya saya pura pura setuju dan harus memberikan DP dulu...dan akhirnya saya memberikan DP kepada dia supaya saya bisa keluar dari perekrutab tersebut...dan saya tidak kesana lagi karena saya yakin itu agama yang salah dan memberikan pengertian kepada Ali bahwa itu adalah agama yang salah.....



mungkin cukup sekian ....karena waktu dah menunjukan  jam 23:10...waktunya saya istirahat....karena besok harus kuliah pagi.....cukup sekian terima kasih....
kritik dan komennya saya tunggu.......



IJTIHAD


1.        Pengertian Ijtihad
Secara bahasa ijtihad berarti pencurahan segenap kemampuan untuk mendapatkan sesuatu. Yaitu penggunaan akal sekuat mungkin untuk menemukan sesuatu keputusan hukum tertentu yang tidak ditetapkan secara eksplisit dalam al-Quran dan as-Sunnah. Rasulullah saw pernah bersabda kepada Abdullah bin Mas'ud sebagai berikut : " Berhukumlah engkau dengan al-Qur'an dan as-Sunnah, apabila sesuatu persoalan itu engkau temukan pada dua sumber tersebut.
 Tapi apabila engkau tidak menemukannya pada dua sumber itu, maka ijtihadlah ". Kepada ‘Ali bin Abi Thalib beliau pernah menyatakan : " Apabila engkau berijtihad dan ijtihadmu betul, maka engkau mendapatkan dua pahala. Tetapi apabila ijtihadmu salah, maka engkau hanya mendapatkan satu pahala ". Muhammad Iqbal menamakan ijtihad itu sebagai the principle of movement. Mahmud Syaltut berpendapat, bahwa ijtihad atau yang biasa disebut arro'yu mencakup dua pengertian :
a)      Penggunaan pikiran untuk menentukan sesuatu hukum yang tidak ditentukan secara eksplisit oleh al-Qur'an dan as-Sunnah.
b)      Penggunaan fikiran dalam mengartikan, menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari sesuatu ayat atau hadits.
Adapun dasar dari keharusan berijtihad ialah antara lain terdapat pada al-Qur'an surat an-Nisa ayat 59.
              Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud mazhab meliputi dua pengertian Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang Imam Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan kepada al-Qur’an dan hadis.
             Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang hukum suatu peristiwa yang diambil dari al-Qur’an dan hadis. Dalam perkembangan mazhab-mazhab fiqih telah muncul banyak mazhab fiqih. Menurut Ahmad Satori Ismail,  para ahli sejarah fiqh telah berbeda pendapat sekitar bilangan mazhab-mazhab. Tidak ada kesepakatan para ahli sejarah fiqh mengenai berapa jumlah sesungguhnya mazhab-mazhab yang pernah ada. Namun dari begitu banyak mazhab yang pernah ada,  maka hanya beberapa mazhab saja yang bisa bertahan sampai sekarang. Menurut M. Mustofa Imbabi, mazhab-mazhab yang masih bertahan sampai sekarang  hanya tujuh mazhab saja yaitu : mazhab hanafi, Maliki, Syafii, Hambali, Zaidiyah, Imamiyah dan Ibadiyah. Adapun mazhab-mazhab lainnya telah tiada.

2.       Kedudukan dan Fungsi Ijtihad
Imam syafi’I ra. (150-204 H)dalam kitabnya Ar-risalah pernah, ketika menggambarkan kesempurnaan Al-Quran pernah menegaskan : “Maka tidak terjadi suatu peristiwa pun pada seorang pemeluk agama Allah, kecuali dalam kitab Allah terdapat petunjuk tentang hukumnya”.
Menurut Satria Efendi, pernyataan Syafi’I tersebut menginspirasikan bahwa hukum-hukum yang terkandung oleh Al-Quran yang bisa menjawab berbagai permasalahan itu harus digali dengan kegiatan ijtihad. Oleh karena itu, menurutnya, Allah mewajibkan hamba-Nya untuk berijtihad dalam upaya menimba hukum-hukum dari sumbernya itu. Selanjutnya ia mengatakan bahwa Allah menguji ketaatan seseorang untuk melakukan ijtihad, sama halnya seperti Allah menguji ketaatan hamba-Nya dalam hal-hal yang diwajibkan lainnya.9
Selanjutnya Satria menjelaskan bahwa ijtihad memiliki banyak fungsi, diantaranya :
a)      Menguji kebenaran hadis yang tidak sampai ke tingkat hadis mutawattir seperti Hadis Ahad, atau sebagai upaya memahami redaksi ayat atau hadis yang tidak tegas pengertiannya sehingg tidak angsung dapat dipahami.
b)       Berfungsi untuk mengembangkan prinsip-prinsip hukum yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah seperti dengan Qiyas, Istihsan, dan Maslahah mursalah. Hal ini penting, karena ayat-ayat dan hadis-hadis hukum yang sangat terbatas jumlahnya itu dapat menjawab berbagai permasalahan yang terus berkembang dan bertambah denga tidak terbatas jumlahnya
Kedudukan ijtihad
Berbeda dengan al-Qur'an dan as-Sunnah, ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan sebagi berikut :
a)      Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang mutlak absolut. Sebab ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai produk pikiran manusia yang relatif maka keputusan daripada suatu ijtihad pun adalah relatif.
b)       Sesuatu keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang tapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat tapi tidak berlaku pada masa / tempat yang lain.
c)       Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ‘ ibadah mahdhah. Sebab urusan ibadah mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasulullah.
d)      Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur'an dan as-Sunnah.
e)      Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motifasi, akibat, kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa daripada ajaran Islam

3.      Pengertian Madzhab
Mazhab (bahasa Arab: مذهب, madzhab) adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.
Mazhab menurut ulama fiqih, adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalani oleh seorang ahli fiqih mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain, yang menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu'. Ini adalah pengertian mazhab secara umum, bukan suatu mazhab khusus

Menurut istilah para fuqoha'
  1. Ialah hasil ijtihd sorang imam (mujtahid mutlak mustakhil ) tentang hukum suatu masalah atau tentang kaidah-kaidah istimbat. Sebagai methode untuk memahami ajaran-ajaran agama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa madzhab berarti "hasil ijtihad seorang mujtahid mutlaq mustaqil tentang hukum suatu masalah, atau tentang kaidah-kaidah istimbat".
  2. Madzhab berarti "hasil ijtihad imam tentang kaidah-kaidah istimbat untuk menggali suatu hukum", yaitu para ulama yang tidak sanggup menemukan kaidah-kaidah istimbat. Yaitu para mujtahid muntanbith/madzhab, mujtahid fatwa, dan mujtahid tarjih. Apabila mereka hendak menggali hukum, maka wajib bermadzhab, dalam arti bahwa wajib bagi mereka berpegang pada kaidah-kaidah istimbat yang dianut oleh imamnya. Adpun orang awam, atau ulama' yang tidak menggali hukum tidak wajib bagi mereka bermadzhab menurut pengertian yang kedua.
4. Kedudukan Madzhab
Di kalangan umat Islam, sekarang ini ada empat mazhab yang sangat dikenal yaitu; mazhab Hanafi (80-150 H), mazhab Maliki (93-179 H), mazhab Syafi’I (150-204 H), dan mazhab Hambali (164-241 H). Selain empat mazhab itu masih banyak mazhab lain misalnya, mazhab Ja’fari, Syi’ah Imamiah, Syi’ah Zaidiyah Hasan Basyri, as-Tsauri, Daud ad-Dhahiri, dan sebagainya. Masing-masing mazhab mempunyai aturan-aturan dan tata cara hokum tersendiri yang kadang-kadang berbeda dengan mazhab yang lain, terutama mengenai soal-soal furu’iyah.
Sampai saat ini, realitasnya ikhtilaf masih tetap berlangsung di kalangan mazhab. Mereka berselisih paham dalam masalah furu’iyah, akibat keanekaragaman sumber dan aliran mazhab dalam memahami nash dan mengistinbathkan hokum yang tidak ada nashnya. Perselisihan itu terjadi antara kelompok yang memperluas dan yang mempersempit wilayah ijtihad, antara yang memperketat dan memperlonggar persyaratan ijtihad, antara yang cederung rasional dan yang cenderung tekstual berpegang pada zhahir nash, antara yang mewajibkan bermazhab dan yang melarangnya.
Seorang mujtahid bebas berijtihad, asal tidak membatalkan hasil ijtihad orang lain. Berbeda halnya bila seorang mujtahid membatalkan hasil ijtihadnya sendiri (meralat pendapat lama) karena situasi dan kondisi yang berbeda, atau menemukan dalil yang lebih kuat sebagaimana yang terjadi pada seorang mujtahid besar, Imam Syafi’i. Bagaimana beliau meralat hasil ijtihadnya ketika masih tinggal di Irak (qaul qadim) dengan ijtihad baru (qaul jaded) setelah migrasi ke kota metropolis Mesir, karena tuntutan kondisi kondisi yang berbeda, disamping – tentu saja – diketemukannya dalil yang lebih kuat.
Dalam menetapkan hukum, tidak jarang terjadi perbedaan pendapat diantara imam mazhab itu. Walaupun mereka sama-sama merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, disamping sumber hokum lainnya, baik sumber hokum yang muttafaq ‘alaih (disepakati semua mazhab) maupun sumber hokum yang mukhtalaf fih (masih diperselisihkan).
Jalan pikiran para imam mazhab inilah yang perlu kita telaah dan kemudian dibandingkan dengan melacak kekuatan dalil yang digunakan. Tentu saja, komparasi ini dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu latar belakang seorang mujtahid dan dasar argumentasi yang mereka pakai dalam menetapkan putusan hukum.
Perbedaan pendapat (masalah khilafiyah) imam mazhab dalam lapangan hukum (fiqh Islam) sebagai hasil penelitian, tidak perlu dipandang sebagai factor yang melemahkan kedudukan hokum Islam. Bahkan sebaliknya, bias memberikan kelonggaran kepada umat Islam dalam  melaksanakan semua perintah Allah dan Rasul-Nya sesuai situasi dan kondisi yang dihadapinya. Hal ini sekaligus sebagai indicator, umat Islam bebas memilih salah satu pendapat imam mazhab fiqh menurut keyakinannya, dan bukan menjadi keharusan agar taqlid atau terpaku hanya pada satu pendapat imam mazhab saja.
Kalau ada sikap toleran dan saling pengertian antara pihak yang satu dengan lainnya, tentu perbedaan ijtihad itu tidak perlu dikhawatirkan. Karena hal-hal yang diperselisihkan itu dapat dipertemukan ada jalan keluar yang dapat ditempuh, dan kalau sampai mengalami jalan buntu, masing-masing pihak mampu menghargai pendapat orang lain yang berbeda. Sebaliknya, kalau kurang lapang dada, masalah kecil dapat menjadi besar. Karena masing-masing mempertahankan egoisme, walaupun hati kecilnya mengakui kelemahan pendapat itu. Akibat fanatik mazhab yang dianut, keterbatasan ilmu, atau karena dipengaruhi faktor politis lainnya.
Perbedaan pendapat sebaiknya tidak harus terjadi dalam umat Islam. Perbedaan pendapat seharusnya dapat disatukan. Sebenarnya bukan idealisme seperti ini  yang dituntut. Tetapi tenggang rasa, saling pengertian, dan menghargai pendapat yang berkembang.. Seseorang tidak boleh mengklaim, hanya pendapatnya sendiri yang benar sedang pendapat orang lain salah dan dicampakkan.
Perbedaan pendapat yang terjadi di tengah masyarakat, hendaknya dipandang sebagai sesuatu yang wajar dan alamiyah. Ralitas semua itu justeru menandakan bahwa pikiran seseorang itu tidak beku, tidak mandek, dan selalu berkembang secara kreatif. Mengapa kita tidak mengambil contoh nyata, Imam Syafi’i? Imam mazhab ini pernah berbeda pendapat dalam dirinya sendiri, sehingga muncul qaul qadim dan qaul jadid. Sepanjang pengetahuan kita, tidak ada  seorang pun yang berkomentar sinis, Imam Syafi’I itu plin-plan dan tidak konsisten. Malahan disitu terlihat bagaimana keluesan dan keluasan pandangan beliau dalam merespon realitas yang terjadi. Tidak rigid dan jumud, tetapi bersikap responsive, kreatif, dan inovatif. (Moch Bukhori Muslim, MA)

5. Jenis – Jenis Madzhab
1.Mazhab Hanafi
Pendiri mazhab Hanafi ialah : Nu’man bin Tsabit bin Zautha.Diahirkan pada masa sahabat, yaitu pada tahun 80 H = 699 M. Beliau wafat pada tahun 150 H bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi’i R.A. Beliau lebih dikenal dengan sebutan : Abu Hanifah An Nu’man.Abu Hanifah adalah seorang mujtahid yang ahli ibadah. Dalam bidang fiqh beliau belajar kepada Hammad bin Abu Sulaiman pada awal abad kedua hijriah dan banyak belajar pada ulama-ulama Ttabi’in, seperti Atha bin Abi Rabah dan Nafi’ Maula Ibnu Umar.
Mazhab Hanafi adalah sebagai nisbah dari nama imamnya, Abu Hanifah. Jadi mazhab Hanafi adalah nama dari kumpulan-kumpulan pendapat-pendapat yang berasal dari Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya serta pendapat-pendapat yang berasal dari para pengganti mereka sebagai perincian dan perluasan pemikiran yang telah digariskan oleh mereka yang kesemuanya adalah hasil dari pada cara dan metode ijtihad ulama-ulama Irak . Maka disebut juga mazhab Ahlur Ra’yi masa Tsabi’it Tabi’in.
Dasar-dasar Mazhab Hanafi
            Abu Hanifah dalam menetapkan hukum fiqh terdiri dari tujuh pokok, yaitu : Al Kitab, As Sunnah, Perkataan para Sahabat, Al Qiyas, Al Istihsan, Ijma’ dan Uruf.
Murid-murid Abu Hanifah adalah sebagai berikut :a.Abu Yusuf bin Ibrahim Al Anshari b.Zufar bin Hujail bin Qais al Kufi c.Muhammad bin Hasn bin Farqad as Syaibani d.Hasan bin Ziyad Al Lu’lu Al Kufi Maulana Al Anshari .
Daerah-daerah Penganut Mazhab Hanafi
            Mazhab Hanafi mulai tumbuh di Kufah ,kemudian tersebar ke negara-negara Islam bagian Timur. Dan sekarang ini mazhab Hanafi merupakan mazhab resmi di Mesir, Turki, Syiria dan Libanon. Dan mazhab ini dianut sebagian besar penduduk Afganistan,Pakistan,Turkistan,Muslimin India dan Tiongkok.
2. Mazhab Maliki
Mazhab Maliki adalah merupakan kumpulan pendapat-pendapat yang berasal dari Imam Malik dan para penerusnya di masasesudah beliau meninggal dunia. Nama lengkap dari pendiri mazhab ini ialah : Malik bin Anas bin Abu Amir. Lahir pada tahun 93 M = 712 M di Madinah. Selanjutnya dalam kalangan umat Islam beliau lebih dikenal dengan sebutan Imam Malik. Imam Malik terkenal dengan imam dalam bidang hadis Rasulullah SAW.
Imam Malik belajar pada ulama-ulama Madinah. Yang menjadi guru pertamanya ialah Abdur Rahman bin Hurmuz. Beliau juga belajar kepada Nafi’ Maula Ibnu Umar dan Ibnu Syihab Az Zuhri. Adapun yang menjadi gurunya dalam bidang fiqh ialah Rabi’ah bin Abdur Rahman. Imam Malik adalah imam negeri Hijaz, bahkan tokohnya semua bidang fiqh dan hadits.
Dasar-dasar Mazhab Maliki
Dasar-dasar mazhab Maliki diperinci dan diperjelas sampai tujuh belas pokok yaitu :
  1. Nashul Kitab
  2. Dzaahirul Kitab
  3. Dalilul Kitab
  4. Mafhum muwafaqah
  5. Tanbihul Kitab, terhadap illat
  6. Nash-nash Sunnah
  7. Dzahirus Sunnah
  8. Dalilus Sunnah
  9. Mafhum Sunnah
  10. Tanbihus Sunnah
  11. Ijma’
  12. Qiyas
  13. Amalu Ahlil Madinah
  14. Qaul Shahabi
  15. Istihsan
  16. Muraa’atul Khilaaf
  17. Saddud Dzaraa’i.
Sahabat-sahabat Imam Maliki dan Pengembangan Mazhabnya
Di antara ulama-ulama Mesir yang berkunjung ke Medinah dan belajar pada Imam Malik ialah :
·  Abu Muhammad Abdullah bin Wahab bin Muslim.
·  Abu Abdillah Abdur Rahman bin Qasim al Utaqy.
·  Asyhab bin Abdul Aziz al Qaisi.
·  Abu Muhammad Abdullah bin Abdul Hakam.
·  Asbagh bin Farj al Umawi.
·  Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam.
·  Muhammad bin Ibrahim bin Ziyad al Iskandari.
      Adapun ulama-ulama yang mengembangkan mazhab Maliki di Afrika dan Andalus ialah :
·  Abu Abdillah Ziyad bin Abdur Rahman al Qurthubi.
·  Isa bin Dinar al Andalusi.
·  Yahya bin Yahya bin Katsir Al Laitsi.
·  Abdul Malik bin Habib bin Sulaiman As Sulami.
·  Abdul Hasan Ali bin Ziyad At Tunisi.
·  Asad bin Furat.
·  Abdus Salam bin Said At Tanukhi.
      Sedang Fuqaha-fuqaha Malikiyah yang terkenal sesudah generasi tersebut di atas adalah sebagai berikut :
·  Abdul Walid al Baji
·  Abdul Hasan Al Lakhami
·  Ibnu Rusyd Al Kabir
·  Ibnu Rusyd Al Hafiz
·  Ibnu ‘Arabi
·  Ibnul Qasim bin Jizzi
Daerah-daerah yang Menganut Mazhab Maliki.
          Awal mulanya tersebar di daerah Medinah, kemudian tersebar sampai saat ini di Marokko, Aljazair, Tunisi, Libia, Bahrain, dan Kuwait.
3.Mazhab Syafi’i.
        Mazhab ini dibangun oleh Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i seorang keturunan Hasyim bin Abdul Muthalib. Beliau lahir di Guzah tahun 150 H bersamaan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah yang menjadi Mazhab yang pertama.Guru Imam Syafi’i yang pertama ialah Muslim bin Khalid, seorang Mufti di Mekah. Imam Syafi’i sanggup hafal Al Qur-an pada usia sembilan tahun. Setelah beliau hafal Al Qur-an barulah mempelajari bahasa dan syi’ir ; kemudian beliau mempelajari hadits dan fiqh.
         Mazhab Syafi’i terdiri dari dua macam ; berdasarkan atas masa dan tempat beliau mukim. Yang pertama ialah Qaul Qadim; yaitu mazhab yang dibentuk sewaktu hidupdi Irak. Dan yang kedua ialah Qul Jadid; yaitu mazhab yang dibentuk sewaktu beliau hidup di Mesir pindah dari Irak.
Keistimewaan Imam Syafi’i dibanding dengan Imam Mujtahidin yaitu bahwa beliau merupakan peletak batu pertama ilmu Ushul Fiqh dengan kitabnya Ar Risaalah. Dan kitabnya dalam bidang fiqh yang menjadi induk dari mazhabnya ialah : Al-Um.
Dasar-dasar Mazhab Syafi’i
Dasar-dasar atau sumber hukum yang dipakai Imam Syafi’i dalam mengistinbat hukum sysra’ adalah :
·  Al Kitab.
·  Sunnah Mutawatirah.
·  Al Ijma’.
·  Khabar Ahad.
·  Al Qiyas.
·  Al Istishab.
Sahabat-sahabat beliau yang berasal dari Irak antara lain :
·  Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid bin Yaman al-Kalabi al-Bagdadi.
·  Ahmad bin Hanbal yang menjadi Imam Mazhab keeempat.
·  Hasan bin Muhammad bin Shabah Az Za’farani al-Bagdadi.
·  Abu Ali Al Husain bin Ali Al Karabisi.
·  Ahmad bin Yahya bin Abdul Aziz al Bagdadi.
Adapun sahabat beliau dari Mesir :
·  Yusuf bin Yahya al Buwaithi al Misri.
·  Abu Ibrahim Ismail bin Yahya al Muzani al Misri.
·  Rabi’ bin Abdul Jabbar al Muradi.
·  Harmalah bin Tahya bin Abdullah Attayibi
·  Yunus bin Abdul A’la Asshodafi al Misri.
·  Abu Bakar Muhammad bin Ahmad.
Daerah-daerah yang Menganut Mazhab Syafi’i
           Mazhab Syafi’i sampai sekarang dianut oleh umat Islam di : Libia, Mesir, Indonesia, Pilipina, Malaysia, Somalia, Arabia Selatan, Palestina, Yordania, Libanon, Siria, Irak, Hijaz, Pakistan, India, Jazirah Indo China, Sunni-Rusia dan Yaman.
4. Mazhab Hambali.
           Pendiri Mazhab Hambali ialah : Al Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal bin Hilal Azzdahili Assyaibani. Beliau lahir di Bagdad pada tahun 164 H. dan wafat tahun 241 H. Ahmad bin Hanbal adalah seorang imam yang banyak berkunjung ke berbagai negara untuk mencari ilmu pengetahuan, antara lain : Siria, Hijaz, Yaman, Kufah dan Basrsh. Dan beliau dapat menghimpun sejumlah 40.000 hadis dalam kitab Musnadnya.
Dasar-dasar Mazhabnya.
Adapun dasar-dasar mazhabnya dalam mengistinbatkan hukum adalah :
·  Nash Al Qur-an atau nash hadits.
·  Fatwa sebagian Sahabat.
·  Pendapat sebagian Sahabat.
·  Hadits Mursal atau Hadits Doif.
·  Qiyas.
Dalam menjelaskan dasar-dasar fatwa Ahmad bin Hanbal ini didalam kitabnya I’laamul Muwaaqi’in.
Pengembang-pengembang Mazhabnya
            Adapun ulama-ulama yang mengembangkan mazhab Ahmad bin Hanbal adalah sebagai berikut :
·  Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Hani yang terkenal dengan nama Al Atsram; dia telah mengarang Assunan Fil Fiqhi ‘Alaa Mazhabi Ahamd.
·  Ahmad bin Muhammad bin Hajjaj al Marwazi yang mengarang kitab As Sunan Bisyawaahidil Hadis.
·  Ishaq bin Ibrahim yang terkenal dengan nama Ibnu Ruhawaih al Marwazi dan termasuk ashab Ahmad terbesar yang mengarang kitab As Sunan Fil Fiqhi.
            Ada beberapa ulama yang mengikuti jejak langkah Imam Ahmad yang menyebarkan mazhab Hambali, diantaranya :
·  Muwaquddin Ibnu Qudaamah al Maqdisi yang mengarang kitab Al Mughni.
·  Syamsuddin Ibnu Qudaamah al Maqdisi pengarang Assyarhul Kabiir.
·  Syaikhul Islam Taqiuddin Ahmad Ibnu Taimiyah pengarang kitab terkenal Al Fataawa.
·  Ibnul Qaiyim al Jauziyah pengarang kitab I’laamul Muwaaqi’in dan Atturuqul Hukmiyyah fis Siyaasatis Syar’iyyah.Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qaiyim adalah dua tokoh yang membela dan mengembangkan mazhab Hambali.
Daerah yang Menganut Mazhab Hambali.
             Awal perkembangannya, mazhab Hambali berkembang di Bagdad, Irak dan Mesir dalam waktu yang sangat lama. Pada abad XII mazhab Hambali berkembang terutama pada masa pemerintahan Raja Abdul Aziz As Su’udi. Dan masa sekarang ini menjadi mazhab resmi pemerintahan Saudi Arabia dan mempunyai penganut terbesar di seluruh Jazirah Arab, Palestina, Siria dan Irak.
Ada beberapa Mazhab-mazhab yang telah musnah yaitu :
-          Mazhab al-Auza’i
-          Mazhab al-Zhahiry
-          Mazhab al-Thabary
-          Mazhab al-Laitsi








C.     Penutup
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa perbedaan pendapat di kalangan umat Islam bukanlah suatu fenomena baru, tetapi semenjak masa Islam yang paling dini perbedaan pendapat itu sudah terjadi. Perbedaan terjadi adanya cirri dan pandangan yang berbeda dari setiap mazhab dalam memahami Islam sebagai kebenaran yang satu. Untuk itu kita umat Islam harus selalu bersikap terbuka dan arif dalam memendang serta memahami arti perbedaan, hingga sampai satu titik kesimpulan bahwa berbeda itu tidak identik dengan bertentangan – selama perbedaan itu bergerak menuju kebenaran – dan Islam adalah satu dalam keragaman.
Semoga dengan makalah ini bisa memberikan informasi yang jelas tentang materi yang saya buat.Dan dalam pembuatan makalah sederhana ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca merupakan modal utama saya untuk meraih tangga kesuksesan
                Akhirnya tiada kata yang paling indah kecuali puji syukur alkhamdulillah pada pemilik kasih sayang sempurna atas berjuta nikmat yang tercurah dan kita rasakan sampai saat ini Mungkin hanya ini saja yang bisa saya angkat dari materi ijtihad dan Madzhab semoga materi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Pengikut