SUMBER AJARAN ISLAM YANG PERTAMA
(AL-QUR’AN)
A.PENDAHULUAN
Makalah ini berisi pembahasan tentang Sumber Ajaran Islam yang pertama yaitu Alqur’an. Al-Quran dalam persepsi ini tidak hanya sekadar ayat-ayat yang dibaca untuk meminta berkah, namun di dalamnya berlimpah kehidupan yang selalu turun atas jamaah muslimah yang bergerak bersamanya, mengikuti arahan-arahannya, dan mengharap ganjaran dan janji Allah SWT. Kami mengucapkan Alhamdulillah dan segala puji syukur ke hadirat Allah SWT atas terselesaikannya makalah ini yang berjudulkan Ajaran Islam Yang Pertama Yaitu Alquran.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembacanya dan teman-teman sekalian, terutama untuk kami, karena dengan pembuatan makalah ini, hal tersebut menambah ilmu dan manfaat bagi kami.
Akhirnya, sesuai dengan pepatah “tiada gading yang tak retak”’ kami mengharapkan saran dan kritikan karena kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah yang Punya dan Mahakuasa. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah membantu dalam pembuatan makalah ini. Dan apabila ada kata-kata yang salah, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
B.PEMBAHASAN
1. Pengertian Alqur’an
Para ulama berbeda pendapat tentang lafad Al-Qur’an tetapi mereka sepakat bahwa lafad Al-Qur’an adalah isim (kata benda) bukan fi’il (kata kerja) atau harf (huruf). Isim yang dimaksud dalam bahasa Arab sama dengan keberadaan isim-isim lain, kadang berupa isim jamid atau disebut isim musytaq.
Sebagian ulama berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an adalah isim musytaq, namun mereka masih tergolong ke dalam dua golongan.
Golongan pertama berpendapat, bahwa huruf nun adalah huruf asli sehingga dengan demikian isim tersebut isim musytaq dari materi qa-ra-na. Golongan yang berpendapat seperti itu, masih terbagi dua juga :
1. Golongan pertama diwakili antara lain oleh Al-Asyari yang berpendapat bahwa lafad Al-Qur’an diambil dari kalimat “Qarana asy-syaiu bis-sya’i aidzadhammamatuh ilaih”. Ada juga yang berpendapat diambil dari kalimat “qarana baina baina al-bairani, idza jam’a bainahuma”. Dari kalimat yang terakhir muncul sebutan Qirana terhadap pengumpulan pelaksanaan ibadah haji dan umroh dengan hanya satu ihrom.
2. Golongan kedua diwakili antara lain oleh Al-Farra berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an musytaq dari kata qara’un, jamak dari qarinah, karena ayat-ayat Al-Qur’an (lafalnya) banyak yang sama antara yang satu dengan yang lain.
Golongan kedua berpendapat bahwa huruf alif dalam kata Al-Qur’an adalah huruf asli. Pendapat ini juga terjadi pada dua golongan :
1. Golongan pertama diwakili oleh Ihyan yang berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an adalah bentuk masdar mahmuz mengikuti wazan al-gufron dan ia merupakan musytaq dari kata qara’a yang mempunyai arti yang sama dengan tala’.
2. Golongan kedua diwakili antara lain Az-Zujaj yang berpendapat bahwa lafal Al-Qur’an diidentikan dengan wazan al-fu’lan yang merupakan musytaq dari kata al-qar’u yangmempunyai arti al-jam’u.
Dari uraian tersebut berbagai pandangan tentang Al-Qur’an dilihat dari sudut bahasa, penulis menganbil definisi dari pendapat pertama yang mengatakan bahwa alif dalam kata Al-Qur’an adalah asli sebagaim,ana diwakili oleh Al-Lihyan, hal ini agar definisi Al-Qur’an sama dengan definsi telah disajikan pada bab pertama.
Dalam pengertian Al-Qur’an, para ulama mempunyai shigoh-shigoh tertentu, ada yang panjang dan ada yang pendek. Sedangkan yang paling mendekati dan sama menurut pengertian mereka tentang Al – definisi Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW, bagi yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala.
2. Cara Diturunkannya Alqur’an
Yang disebut diturunkannya Al-Quran adalah mezohirkannya, yaitu dari gaib menjadi syahadah (nyata).
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. secara berangsur-angsur. Al-Quran tidak turun sekaligus dalam satu waktu.
Dalam proses penyampaian Al-Quran, para ulama berbeda pendapat, di antaranya :
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. secara berangsur-angsur. Al-Quran tidak turun sekaligus dalam satu waktu.
Dalam proses penyampaian Al-Quran, para ulama berbeda pendapat, di antaranya :
1. Diturunkan melalui tiga proses, pertama diturunkan ke lauh mahfuz, kemudian dari lauh mahfuz ke baitul 'izzah di langit dunia, lalu secara berangsur-angsur diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
2. Diturunkan ke langit dunia sekaligus pada lailatul qodr, lalu diturunkan kepada nabi Muhammad s.a.w. secara berangsur-angsur
3. Diturunkan ke langit dunia setiap lailatul qodar sebanyak yang akan diturunkan pada tahun itu, lalu berangsur-angsur diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
3. Fungsi Alqur’an
Setelah Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Qur’an yang terjaga dari penyimpangan dan pemutarbalikan fakta agar dipakai sebagai petunjuk dan pedoman dalam mengarungi dunia fana ini. Firman Allah SWT :
“Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang) diutus kepada kalian semua, bahwa Allahlah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasulNya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia agar kalian mendapat petunjuk (QS Al-Arof : 158)
Juga disebutkan FirmanyaNya :
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hambaNya, agar menjadi peringatan kepada seluruh alam” (QS Furqon: 1)
Sebagian nama–nama Al-Qur’an, baik secara langsung maupun tidak langsung memperlihatkan fungsi Al-Qur’an. Dari sudut isi atau substansinya, fungsi Al-Qur’an sebagai tersurat dalam nama-namanya adalah sebagai berikut:
a. Al-Huda (petunjuk)
Dalam Al-Qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi Al-Qur’an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Allah berfirman, “Bulan ramadhan adalah bulan yang diturunkan-Nya Al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasannya mengenai itu …” (QS Al-Baqoroh [2]: 185).
Kedua, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Allah berfirman, “Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS Al-Baqoroh [2]: 2).
Bahwa Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa dijelaskan pula dalam ayat lainnya, antara lain Surat Al-Imron [3] ayat 138.
Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman, : “…. Katakanlah : ‘Al-Qur’an itu adalan petunjuk dan penawar bagi orang-orang beriman…” (QS Fussila [41]: 44).
b. Al-Furqon (pemisah)
Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran yang membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil atau antara yang benar dengan yang salah. Allah berfirman, “Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil) … (QS Al-Baqaroh [2] : 185).
c. Al-Syifa (Obat)
Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit yang ada di dalam dada (mungkin yang dimaksud disini adalah penyakit psikologis). Allah berfiman, “Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada…”(QS Yunus [10] : 57).
d. Al Mau’idzoh (nasehat)
Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasehat bagi orang-orang bertaqwa. Allah berfirman, “Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang bertaqwa” (QS Ali-Imron [3]: 138)
Demikianlah fungsi Al-Qur’an yang diambil dari nama-namanya yang difirman Allah dalam Al-Qur’an. Sedang fungsi Al-Qur’an dari pengalaman dan penghayatan terhadap isinya bergantung pada kualitas ketaqwaan invidu yang bersangkutan.
Allah menurunkan Al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya Islam, sehingga menjadi benar-benar umat yang baik dan terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.
Di antara ciri khas atau keistimewaan yang dimilki Al-Qur’an adalah ia bisa memberi syafa’at pada hari kiamat pada orang yang membacanya, mengkajinya, hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abi Umamah al, Bahimah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
“Baca Al-Qur’an, ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepadanya” (HR Muslim)
4. Cara Berinteraksi Dengan Alqur’an
Mentadabburi Al-Quran merupakan kewajiban dan berinteraksi dengannya merupakan sesuatu keharusan sedangkan hidup di bawah naungannya merupakan kenikmatan yang tidak dapat dimiliki kecuali orang yang dapat merasakannya, kenikmatan yang memberikan keberkahan hidup, mengangkat dan mensucikannya… hal ini tidak akan dirasakan kecuali bagi siapa yang benar-benar hidup di bawah naungannya, merasakan berbagai kenikmatan yang bisa dirasakan, mengambil dari apa yang dapat diraih; kelembutan, kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman, kenyamanan dan kelapangan. (lihat mukadimah penerbit dari Fi Zhilalil Quran dan Biodata Sayyid Quthub pada surat Al-A’raf)
pokok utama yang harus kita jadikan petunjuk dalam menafsirkan Al-Quran adalah sebagai berikut :
- Membekali diri dengan persiapan perasaan, pengetahuan –indra- dan pengalaman yang selalu menyertainya saat ingin memahami nash-nash Al-Quran dan merasakan sentuhan-sentuhannya.
- Memfokuskan diri –dengan khayalan, perasaan dan inderanya- pada suasana dan lingkungan saat diturunkannya Al-Quran, baik di Mekah dan di Madinah, agar dapat menemukan jejak dan pengaruh Al-Quran di sana
- Memperhatikan sikap para sahabat –lingkungan Mekah dan Madinah- dengan Al-Quran dan interaksi mereka serta kehidupan mereka bersama Al-Quran.
- Meneliti beberapa tujuan utama Al-Quran, metode aktual pergerakan yang di celup kan terhadap kehidupan umat Islam, serta diturunkannya Al-Quran secara realita dan sungguh-sungguh, sadar dan giat.
- Mengamalkannya dalam praktek jihad, dan menerapkannya dalam kehidupan dakwah –seperti –dalam sebagian fenomena- penerapan yang dilakukan oleh para sahabat –khususnya pada periode “Mekah” dan pergerakan teoritis jihad dengan Al-Quran, menyibukkan diri, perasaan dan anggota tubuh dengan kesibukan dan perhatiannya, kegalauan perasaan dan siksaan yang mereka terima…menerima –dari itu- Al-Quran agar di dapati darinya jawaban yang nyata dan obat penyembuh
Jika kita pindahkan perhatian kepada “Fi Zhilal Al-Quran” untuk membahas ungkapan-ungkapan yang menjelaskan teori pergerakan dalam mentadabburi dan menafsirkan Al-Quran maka kita akan mendapatkan banyak sekali faedahnya.
5. Disiplin Ilmu Alqur’an
Ulumul Qur'an terdiri dari dua suku kata yaitu kata ulûm dan qur'ân. Kata “ulûm” adalah bentuk plural dari kata “ilmu”, jadi “ulûm” artinya adalah ilmu-ilmu, sedangkan al-Qur'an adalah nama bagi kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, ulum al-Qur'an adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kitab suci al-Qur'an. Beberapa rumusan defenisi yang baku dinukil sebagai berikut:
Pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur'an, dari segi nuzûl (turunnnya ayat), tertib, pengumpulan, penulisan, bacaan, penafsiran, i'jâz, nâsikh mansûkh, menolak syubhat yang dihadapkan padanya dan lain-lainnya (Hasbi al-Shiddiqiey).
Yang dimaksud dengan ulumul Qur'an adalah pembahasan yang berhubungan dengan kitab yang agung dan abadi ini dari sisi turunnya, pengumpulannya, urutan-urutannya, pembukuannya, pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya, mana yang makkiyah dan madaniyyah, pengetahuan tentang nâsikh dan mansûkh, ayat yang muhkam dan mutasyabih, dan pembahasan-pembahasan lainnya yang berhubungan dengan al-Qur'an atau memiliki kaitan dengan al-Qur'an (Ali al-Shabuni).
Defenisi di atas memberi gambaran tentang ruang lingkup Ulum al-Qur’an, yakni semua cabang ilmu yang terkait dengan pengenalan al-Qur’an seperti identitas al-Qur’an, sejarah turunnya, sejarah pengumpulan dan pemeliharaannya, cara penulisan, pembacaan dan metode memahaminya, klasifikasi ayat berdasarkan beberapa tinjauan seperti makkiyyah dan madaniyyah, muhkam mutasyabihat, semuanya termasuk dalam ruang lingkup ulum al-Qur’an.
Tidak dapat disangkal bahwa masalah sosial dan fenomena alam serta sekian banyak bidang kajian ditemukan di dalam al-Qur’an. Namun hal itu bukan argumen yang cukup menyatakan bahwa semua itu termasuk bagian ulum al-Qur’an. Ulum al-Qur’an yang dimaksud sebagai satu disiplin ilmu terbatas pada tiga masalah yang disebutkan di atas.
Mengingat keterbatasan waktu, maka Ulum al-Qur’an yang dikemas sebagai mata kuliah/pelajaran terbatas pada beberapa materi yang terkait dengan pengenalan identitas dan sejarah al-Qur’an serta beberapa hal penting yang dibutuhkan untuk memahaminya.
Penutup
Belajar dari kaum-kaum terdahulu, sehingga agama Islam mewajibkan kepada semua peganutnya untuk mempelajari ilmu tauhid dan alqur’an. Baik laki maupun perempuan memiliki kewajiban yang sama dalam mempelajarinya. Tentunya bila mereka sudah mulai berakal, karena ilmu ini sangat menekankan pada akal manusia sebagai penguat dalil-dalil kitab suci yang dijadikan sebagai pegangan pokok dalam kajiannya. Semoga Allah SWT menjadikan kita orang-orang yang terjaga aqidahnya dari keyakinan yang salah.
Semoga dengan makalah ini bisa memberikan informasi yang jelas tentang materi yang saya buat.Dan dalam pembuatan makalah sederhana ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca merupakan modal utama saya untuk meraih tangga kesuksesan
C. Daftar pustaka
Ø Andaiyani.07/11/10.”Pengertian Alqur’an”.http://id.shvoong.com
Ø Harakatuna.17/09/08.“Definisi Alqur’an”.http://harakatuna.wordpress.com
Ø Rasjid,sulaiman.1954.Fiqh islam,Jakarta:PT Sinar Baru Algesindo
Ø Ridwan.03/06/2009/.”Fungsi alquran dan peranan alquran”.http://ridwan202.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar